Oleh: Alvina Damayanti
Apakah pernah terbesit dalam pikiran kalian, jika ternyata seni tari memiliki peran cukup penting mempertahankan identitas budaya lokal khususnya di Kabupaten Berau?
Yap! Tanah Bumi Batiwakkal, julukan Kabupaten Berau dikenal memiliki budaya yang beragam loh. Namun yang cukup menonjol dari kabupaten paling utara di Kalimantan Timur ini adalah tiga etnis lokal yang telah ada lebih dulu, singkatannya Babada. Banua, Bajau dan Dayak. Masing-masing punya tarian andalannya. Kawasan hulu Berau ada suku Dayak dengan tari lelengnya, bergeser ke tengah kota etnis Banua punya tarian khas Jeppen dan di pesisir yang mayoritas dijajaki Bajau ada tarian Dalling.
Tarian tradisional merupakan salah satu bentuk ekspresi budaya Indonesia. Di Berau seni tari menjadi wadah promosi pariwisata dan identitas lokal yang memperkaya keanekaragaman. Cabang seni satu ini, dapat pula memantulkan nilai Pancasila di dalamnya.
Jika kita melihat dari konteks etnis yang bermacam rupa di beberapa kawasan yang berbeda ini, sejalan dengan ciptaan Tuhan yang Maha Esa, di tengah keanekagaraman itu mereka tetap akur dapat searah dengan kemanusian yang adil dan beradab serta tetap menjaga persatuan Indonesia dengan sikap bijaksana. Itulah hebatnya seni tari kawan.
Melalui praktik, pertunjukan tari hingga pentas secara individu mampu menggenjot generasi muda belajar tentang pentingnya menjaga maupun menghormati tradisi leluhur yang merupakan bagian penting untuk menjaga kelestarian.
Kesenian tari di Berau cukup hidup, hal ini dapat dilihat dari keberadaan tari tradisional seperti tari Dalling dan tari Jeppen yang masih sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya dan festival. Diantaranya, Berau Culture Festival, program ini menunjukkan bahwa warisan tarian tradisional masih diingat.
Hal ini banyak menuai pujian dan kebanggaan tersendiri sebagai jati diri dari Bumi Batiwakkal. Salah satunya disoroti oleh Sang Maestro Tari Berau yang akrab disapa Kaik Rasman. Sekedar informasi, “Kaik” merupakan sebutan untuk Kakek di Pulau Kalimantan.
“Sudah pasti bangga. Bagaimanapun bisa jadi bukti kalau sebenarnya masyarakat peduli dengan budaya asli. Apalagi sekarang sudah banyak tarian modern tapi masyarakat tetap menampilkan tarian tradisional,” tuturnya saat dikunjungi di kediamannya di Gunung Tabur, Kamis (18/4/2024) pagi.
Kaik Rasman sangat antusias menceritakan kesenangannya dengan tari tradisional. Seakan sudah mengalir di darahnya, Jeppen tarian yang sering ia tampilkan menyalurkan kebanggaan tersendiri baginya. Apalagi kini semakin diminati banyak orang untuk hiburan lain di tengah banyaknya isu mengenai anak muda yang sudah tutup mata dengan pelestarian budaya.
Bak dua mata koin, di sisi peminatnya yang mulai banyak, tantangan yang harus dihadapi adalah mencari keakuratan gerakan asli dari Jeppen.
“Yang bisa menari memang banyak, tapi sedikit yang tahu gerakan aslinya. Kadang saya khawatir juga takutnya semakin lama semakin berubah, ini (gerakan tari) yang perlu dijaga kelestariannya agar tidak terpengaruh budaya luar,” kata Rasman sembari mempraktikkan gerakan tari Jeppen.
Tarian tradisional sebagai wujud dari seni tari sering kali melibatkan kolaborasi antar berbagai kelompok etnis dan budaya yang mencerminkan keragaman Indonesia. Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung perlindungan budaya seni tari melalui berbagai event dan festival.
Hal ini dianggap sebagai salah satu cara efektif untuk pelestarian kebudayaan dan kesenian daerah dari berbagai etnis di Berau. Program tersebut juga sebagai batu loncatan untuk menampilkan kekayaan budaya Berau kepada dunia guna memperkenalkan pariwisata dan budaya. Melalui event yang digelar memungkinkan berbagai komunitas berkumpul dan berbagi wawasan mengenai kebudayaan masing-masing.
Wah keren banget ya sobat! Ternyata seni tari bukan hanya sekedar gerakan penuh makna, tetapi juga memuat pembentukan karakter dan nilai ideologis dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Bercermin dari fakta mengenai kebangkitan seni tari dari mati surinya, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Berau punya agenda tahunan berupa Festival Bulan Bahasa yang kerap menampilkan pentas seni salah satunya tari.
Sebagaimana sejarah 2023 lalu para peserta didik dari kelas sepuluh dan duabelas menampilkan tarian dari berbagai macam daerah sesuai tema yang diangkat yakni “Nusantara”. Hal ini dicondongkan pihak sekolah sebagai salah satu wujud simbol persatuan dan kesatuan bangsa dari banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia.
Berbicara soal prestasi di bidang seni tari, ada peserta didik yang pernah meraih predikat Wakil 1 Putera Duta Tari, Namanya Jondri. Posisi itu ia rebut dalam ajang pemilihan Duta Tari Kabupaten Berau 2024 yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau. Dalam perbincangan singkat, siswa kelas sepuluh ini menceritakan awal mula perjalanannya meraih mimpi sebagai Duta Tari Kabupaten Berau 2024.
Dalam perjalanan karirnya, Jondri mengikuti seleksi sejak 2023 dan itu diakuinya tidak mudah. Sebab keterbatasan ekonomi dan hidup dengan orang tua tunggal tentu membuat ia berpeluh keringat sampai ke titik dimana ia resmi dinobatkan sebagai Wakil 1 Putera Duta Tari 2024. Dengan mata berkaca-kaca, ia sepintas ingat dengan kejadian di malam penentuan juara alias grand final dimana penyakit ibunda Jondri seketika kambuh.
“Waktu malam grand final asma ibu saya kambuh tapi tetap maksain datang untuk nonton saya tampil, sampai akhirnya Jondri dinyatakan sebagai Wakil 1 Putera Duta Tari, ibu datang peluk Jondri sambil nangis terharu. Disitu saya senang sekali dan terharu karna saya berhasil buat bangga orang tua,” tutur Jondri sembari mengusap air matanya yang hampir jatuh.
Kelestarian dan kesadaran akan seni tari tidak hanya mengantarkan Jondri meraih pengalaman prestasi sebagai Duta Tari Kabupaten. Melalui tari pulalah, Jondri berhasil mewakili Benua Etam dalam Festival Anjungan Kalimantan Timur yang diadakan di Taman Mini Indonesia (TMI), Jakarta. Bahkan menjadi perwakilan Indonesia sebagai salah satu tamu terhormat sekaligus mengenalkan tarian khas suku Bajau Kabupaten Berau di kancah Internasional, tepatnya Malaysia. Ketekunannya itu pun dianggap perlu untuk turut aktif berkontribusi meningkatkan minat seni tari di Kabupaten Berau agar tidak punah dan terus dilestarikan.
“Saya akan berusaha untuk meningkatkan lagi minat tari di Kabupaten Berau agar tidak punah dan selalu dilestarikan, mau itu melalui sosial media maupun di kehidupan sehari-hari, dengan strategi ini saya harap bisa turut andil dalam melestarikan seni tari daerah yang ada di Kabupaten Berau yang nantinya akan berdampak pada kesatuan dan persatuan bangsa,” ungkapnya.
Prestasi Jondri yang kian semakin bertambah membuat ibunda tercintanya bergelimang rasa bangga. Walaupun terkadang dihujami perkataan yang menusuk ke dasar hati karena anaknya suka menari, tidak menjadi penghalang ibunda untuk terus menjadi garda terdepan Jondri meraih prestasi dibidang tari.
“Saya sebagai ibu sering mendengar anak saya dibully karena dia laki-laki suka menari. Dari SD setiap dia dirundung teman-temannya, saya selalu datang setidaknya memberi perlindungan. Makanya bangga sekali melihat anak saya bisa tetap mengukir prestasi karena saya tahu perjuangan dia dari dulu, kalau alm. Ayahnya masih ada pasti rasa bangganya jauh lebih besar dari yang saya rasakan,” ucap sang ibunda sembari menatap lekat Jondri seakan teringat mendiang suaminya.
Seni tari Berau dengan kekayaan gerak dan ekspresinya, memainkan peran penting dalam pembentukan kesadaran budaya. Melalui Kurikulum Merdeka, seni tari ini tidak hanya dilestarikan tetapi juga pembauran ke dalam pendidikan untuk mengembangkan karakter dan menyatukan berbagai elemen masyarakat.
Hal ini mampu menyadarkan pihak sekolah yang seakan terkesan fokus pada pengembangan siswa dalam pembelajaran akademik saja, seperti yang diungkapkan Waka Kesiswaan SMA Negeri 2 Berau.
“Zaman sekarang sudah luas, pembelajaran bisa diambil dari mana saja. Jadi ketika ada siswa berprestasi baik akademik maupun nonakademik, kita (pihak sekolah) sangat mendukung dan sebisa mungkin mencarikan wadah pengembangan yang lebih baik untuk menunjang minat bakat peserta didik,” jelas Suarno selaku Waka Kesiswaan SMA Negeri 2 Berau.
Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang berkaitan dengan kearifan lokal, sehingga melalui seni tari menjadi sarana efektif mengajarkan nilai-nilai budaya, kerjasama, dan kebersamaan. Ini membantu siswa memahami dan menghargai warisan budaya.
Dengan mengintegrasikan seni tari Berau ke dalam kurikulum, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan ekspresi diri. Mereka belajar menghargai keanekaragaman budaya dan memupuk toleransi, yang merupakan fondasi penting dalam membangun kesadaran budaya.
Kesimpulannya, seni tari Berau dan Kurikulum Merdeka bersinergi dalam membentuk karakter yang kuat dan menyatukan negeri melalui pendidikan yang berbasis budaya. Ini adalah langkah maju dalam melestarikan seni tari sebagai bagian dari identitas bangsa dan memperkaya kesadaran budaya di Indonesia. (END)
Editor: Tim detikberau.com